Sabtu, 19 Desember 2009

manuk puyuh

Eksistensi Manuk Puyuh Di Alam Bebas Nyaris Tak Terlihat
Minggu, 18 Desember 2009

Semua orang di Indonesia dulunya pasti mengenal burung puyuh, bahkan mungkin bukan hanya di Indonesia orang-orang mengenal burung puyuh. Ia dikenal sebenarkanya karena telurnya yang menyebar dimana-mana karena dijual oleh pedangang asongan. Seperti halnya apa yang saya alami, saya baru mengenal burung puyuh ketika saya sudah duduk di sekolah SMA, akan tetapi saya kenal dengan telurnya sejak saya masih kecil karena saya suka membeli telurnya yang dijual meluas dimana-mana.
Burung puyuh yang dijadikan lahan mencari keuntungan oleh manusia dengan cara menternaknya untuk diambil telurnya kadang-kadang dapat membuat lupa akan kehidupan asal dari burung tersebut yaitu alam terbuka. Kehidupannya sudah nyaris tak terlihat lagi di alam bebas. Entah bagaimana caranya burung puyuh ini sudah dikenal dengan hewan ternak yang dapat memberi keuntungan besar bagi kelangsungan hidup manusia.
Manusia kadang lupa akan pentingnya keberadaan hewan-hewan ternak di alam bebas. Mereka sering terlena karena keuntungan yang mereka raup sangat berlimpah, mereka justru bersikap no coment seakan mereka tak peduli dan tak mau tau akan pentingnya keberadaan hewan-hewan ternak tersebut di alam bebas. Mereka lebih banyak mengedepankan sifat egosentrisme daripada harus menjaga keseimbangan alam. Jika hal ini terjadi terus menerus, dihawatirkan bukan hanya burung puyuh saja yang kehidupannya tidak nampak. Akan ada hewan-hewan lain yang diternak oleh manusia untuk diambil keuntungannya sehingga manusia yang lain akan kesulitan mengetahui dan menikmati keindahannya dialam bebas seperti pada saat ini..
Sebaiknya manusia utamanya para peternak puyuh lebih memperhatikan keberadaan burung ini di alam bebas agar ketika nanti terjadi suatu hal yang tidak diinginkan seperti bencana alam dan sebagainya burung ini dapat beradaptasi dengan sendirinya dan kehidupannya masih tetap eksis di kehidupan selanjutnya yakni kehidupan anak cucu kita.

Selasa, 15 Desember 2009

simbar Menjangan


PAKU TANDUK RUSA (Platycerium bifurcatum)
1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum C.Chr.
( Scheider, 2006 )





Gambar I : Platycerium bifurcatum C. Chr.
(Anonymouse,2009)
2. Deskripsi
Nama Umum : Simbar Menjangan
Nama daerah :Paku uncal (Sunda) Simbar meniangan (Jawa Tengah).
Ciri umum : Pada P. bifurcatum (asal Australia dan Papua Nugini) tanaman berukuran besar, daun fertil berbulu keperakan dan terbagi sangat dalam.

A.Habitat
Platycerium umumnya tumbuh pada cabang-cabang pohon besar dengan kondisi ternaungi hingga 60% dari cahaya matahari penuh. Sebagian besar jenisnya ditemukan di hutan hujan tropik dengan kelembapan udara relatif tinggi (> 70 %), namun ada jenis yang tumbuh di daerah yang reIatif kering (kelembapan 60% atau kurang). Jenis yang beradaptasi pada kondisi kering memiliki bentuk daun penyangga terbuka dibagian atasnya, sedangkan jenis yang hidup di daerah yang lebih lembap cenderung memiliki daun penyangga lebih tertutup. Umumnya Platycerium tidak toleran terhadap kondisi Iingkungan kurang dari 10°C (Wuryan, 2008).
Tanaman paku ini tidak ditemui tumbuh secara alami menempel pada pohon dari suku Arecaceae. Umumnya tumbuh pada tanaman berkayu yang berpermukaan kasar. Hal tersebut sangat menunjang pertumbuhan (Wuryan, 2008)..

B.Habitus
Tumbuhan paku perenial, hidup sebagai epifit, panjang ±1 m. Biasanya ia menempel pada kayu besar seperti yang dapat dilihat pada gambar I.

C.Daun
Daun terdiri atas dua macam yaitu daun penyangga atau daun steril dan dedaunan atau daun fertil. Daun penyangga terletak di bagian pangkal daun fertil, tumbuh saling menutupi dan persisten, menyerupai keranjang, bagian ujung bercuping, berwarna hijau dan berubah kecoklatan bila tua dan tidak berspora. Daun fertil luruh, tumbuh menggantung, umumnya bercabang menggarpu pada ujungnya menyerupai tanduk rusa, berwarna hijau keputihan, berbulu bintang dan berspora. Tergolong daun tunggal, bertoreh dalam. berdaging, tepi rata, permukaan berbulu halus, panjang 40-100 cm, ujung tumpul, daun tambahan satu sarnpai tujuh, menggarpu, bentuk baji, coklar hijau (Wuryan, 2008).




















Gambar 2 :Daun Penyangga Gambar 3 :Daun Steril
(Anonymose, 2009) (Anonymouse, 2009)

D.Batang
Batang tidak jelas ada yang mengatakan tidak berbatang, karena daun langsung tumbuh dari akar tanpa perantara dari batang (Wuryan, 2008).
E.Akar
Berntuk akar berbulu coklat kekuningan dan biasanya langsung mengakar pada batang tanaman yang di tumbuhinya. Akar berupa serabut akar (Wuryan, 2008).

Gambar 4 : Akar platycerium
(Anonymouse, 2009)

F.Sporangium
Spongarium, terdapat pada ujung, tertutup rambut, bentuk bintang, bercabang dua sampai empat, panjang 10-12 cm, lebar 2-3 cm, hijau muda, hijau kebiruan (Wuryan, 2008).

Gambar 5 : sory dari Platycerium bifurcatum
(Anonymouse, 2009)


G.Siklus Hidup
Siklus hidup tanaman ini tidak jauh berbeda dengan spesies platycerium yang lainnya, yaitu terdiri atas dua fase yaitu fase gametofit (n) yang biseksual dan sporofit (2n). Pada fase sporofit, tanaman akan berkembang melalui spora yang dihasilkan oleh daun fertil. Mula-mula spora akan terlepas dari kotak spora kemudian berkecambah dan berkembang menjadi protalus atau organ gametofit. Organ gametofit berkembang dan seteIah dewasa akan membentuk organ seksual (gametangia) yaitu organ kelamin betina (arkegonium) dan jantan (anteredium). Anteredium umumnya masak lebih dulu dari arkegonium. Bila fertilisasi terjadi, kedua sel tersebut bertemu dan membentuk zygote yang selanjutnya berkembang menjadi tanaman generasi sporofit baru. Generasi gametofit akan mati setelah tanaman generasi sporofit ini terbentu (Wuryan, 2008).

Gambar 5 : Siklus Hidup Platycerium
(Anonymouse, 2009).

3. Perbiakan dan Penanaman
Tanaman ini dapat dikembangbiakkan melalui spora, pemisahan bakal tanaman dan kultur jaringan. Perbiakan melalui bakal tanaman dilakukan dengan memisahkan tanaman muda yang berkembang di sekitar akar. Tanaman hasil biakan ini ditanam pada media organik seperti pakis, moss atau spagnum kemudian dipelihara secara intensif ( Scheider, 2006 ).
Perbanyakan melalui spora dilakukan dengan mengecambahkan spora matang yang dihasilkan dari daun fertil dewasa dan telah dibersihkan dari kotoran. Spora matang ditandai dengan warna yang coklat ( Scheider, 2006 ).
Tempat penyemaian spora dapat menggunakan pot atau nampan yang telah dibcrsihkan dengan pemutih 1 % selama 30-60 menit ( Scheider, 2006 ).
Agar spora berkecambah merata, spora dicampur air steril dan disemprotkan ke media yang sudah dilembapkan dan diletakkan di tempat yang tidak terkena hujan dan matahari langsung. Selama perkecambahan, diusahakan semaian terjaga kelembapannya dengan memberikan air semprotan atau menutup plastik tempat persemaian dan meletakkan pada tempat yang teduh. Spora akan lebih cepat berkecambah pada suhu 18°-23°C. Semaian diusahakan terhindar dari cahaya matahari langsung. Tidak dianjurkan menyiangi gulma semaian dengan menggunakan bahan kimia ( Scheider, 2006 ).
Spora akan berkecambah dalam waktu 3-4 minggu. Kecambah spora akan berkembang menjadi tanaman sporofit baru. Pemupukan dapat dilakukan dengan pemberian pupuk cair berkonsentrasi sangat rendah. Setelah bibit mencapai tinggi 3-5 cm dapat dipindahkan dan dipelihara pada media yang lebih permanen. Aklimatisasi perlu dilakukan dengan mengurangi penyiraman dan memberikan cahaya lebih banyak secara bertahap ( Scheider, 2006 ).

Gambar 7: Biakan Platycerium Pada Media buatan
(Anonymouse, 2009)

4. Khasiat / Kegunaan dan Kandungan Kimianya
Pemanfaatan Platycerum sebagai tanaman hias digunakan dalam bentuk segar baik berupa daun potong atau tanaman dalam pot. Dalam rangkaian bunga, daun potong ini berfungsi sebagai penyisip atau tambahan. elain itu, Platycerium juga digunakan untuk obat tradisional oleh masyarakat Jawa. Tumbukan halus daunnya digunakan sebagai kompres demam dan luka bengkak seperti bisul, radang rahim luar, dan campurannya dengan bawang merah digunakan juga untuk obat gondok dan kudis. Untuk obat sakit gondok dipakai± 7gram daun segar Platycerium bifurcatum, dicuci, ditambah 1/4 sendok teh garam dapur, ditumbuk sampai lumat, kemudian ditempelkan pada tempat (Wuryan, 2008).
Kandungan kimia Daun Platycerium bifurcatum mengandung saponin flavonoida dan polifenol.

5. Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang Platycerium adalah dari kelompok serangga Arthropoda diantaranya ngengat, aphids, kutu putih (mealybug), kutu tempurung (scale insect) dan thrips. Hama tersebut dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida dan disarankan bahan dasamya bukan dari minyak. Platycerium umumnya sensitif terhadap pestisida, aplikasinya menyebabkan tanaman terbakar atau mengakibatkan bentuk daun menjadi tidak normal. Hama lain adalah keong namun hama ini lebih mudah dikendalikan (Wuryan, 2008).
Penyakit yang menyerang antara lain cendawan Rhizoctonia sp. yang mengakibatkan bercak hitam pada daun yang cepat menyebar dan dapat mematikan tanaman. Penyebaran¬nya terstimulir oleh kelembapan udara tinggi seperti pada musim hujan atau pemberian air yang berlebihan. Apabila gejala terlihat, pemberian air dapat dikurangi (Wuryan, 2008).



Pustaka : Kreier, H.P. dan Scheider, H. 2006. Phylogeny and biogeography of staghom fern genus Platycerium Polypodiaceae, Polypodiidae). Amer.J.of Bot. 93:217-225.
Blogspot, April 14, 2008 by wuryan

Minggu, 13 Desember 2009

Demokrasi

Demokrasi tak sesuai bestek
Selasa 10 pebruari 2009
Sepanjang sejarah perjalanan bangsa ini, mulai dari zaman presiden sukarno, Suharto, hingga saat ini presiden SBY nampaknya bangsa ini tidak pernah mengalami ketenangan sedikitpun. Masa orde lama yang merupakan masa embrio dari dinamika bangsa ini menggundang ketidak puasan dari berbagai pihak sehingga digantikan dengan masa orde baru yang sebelumnya telah menjanjikan akan terciptanya bangsa yang adil dan makmur justru membuat bangsa ini kian terpuruk akibat adanya krisis moneter pada tahun 1988. Kemudian mahasiswa mencoba mendobrak adanya system kekuasaan yang abadi sehingga presiden orde baru berhasil digulingkan dan digantikan dengan masa reformasi.
Pada masa reformasi semua rakyat dari kalangan manapun tanpa terkecuali bebas mengeluarkan pendapat untuk membangun bangsa ini menuju arah yang lebih maju, sehingga melahirkan golongan – golongan yang membuat bangsa ini menjadi terpetak-petak dengan lahirnya sekian banyak partai yang ada di Indonesia.
Demokrasi yang juga diharapkan dapat memperbaiki keterpurukan bangsa Indonesia dengan memberikan kebebasan berpendapat juga tidak mampu memperbaiki keadaan. Hal itu disebabkan keserakahan yang nampaknya sudah membudaya di tanah air kita tercinta ini. Dari sekian banyak golongan yang ada menginginkan posisi terdepan sehingga mereka rela menindas yang lain. Ketika suatu golongan sudah sampai pada baris terdepan entah mekanismenya sudah benar atau salah, maka pasti ada golongan lain yang merasa tidak cocok dengan kebijakan yang dikeluarkan sehingga timbul aksi baik secara terang terangan (DEMO) maupun secara halus. Disampaing itu pemerintah juga haruis berjuang keras untuk mengupas tuntas beberapa oknom pemerintah yang berbuat curang (KKN).
Akibat dari demokrasi yang salah kaprah menyebabkan setiap lagi tidak sadar akan posisinya di mata masyarakat, misalnya para kiyai, pengajar, pengusaha, dll. Kiyai yang semestinya tidak berpihak pada suatu golongan justru banyak kiyai yang berbalik arah, sehingga menimbulkan panggilan baru seperti kiyai partai PKB, PPP, GOLKAR dll. Dengan demikian masyarakat yang tidak sefaham dengan kyai yang berada pada golongan lain akan berkurang rasa hormatnya, bahkan sering terjadi cacimaki pada seorang kiyai, begitu juga yangb terjadi pada yang lain – lain, nauzubillah.
Solusi
1.Dari keterpurukan bangsa ini sebenarnya diakibatkan oleh keserakahan bangsa Indonesia, sehingga yang harus diperbaiki terlebih dahulu adalah MORAL.
2.Dari sekian banyak partai yang ada justru makin sulit untuk menyatukan bangsa ini, alangkah baiknya kalau kita kembali kekhittoh awal dengan membatasi 2 atau 3 partai saja.
3.Sebaiknya suatu bangsa sadar akan posisi di mata masyarakat, istilahnya kerjakan kerjaannya dan tempati tempatnya.
4.Wallahu a’lam